MASYARAKAT RENTAN COVID-19 PERSPEKTIF GENDER

 

Bila kita saksikan informasi di media daring, televisi dan lainnya, kita banyak menemui informasi tentang Virus Corona atau akrab disebut Covid-19. Virus ini menyerang manusia dan hewan. Pada manusia, biasanya virus ini menyerang saluran pernapasan.

 Virus ini kali pertama ditemukan di daerah Wuhan, Provinsi Hubei, China pada tahun 2019. Beragam spekulasi berhamburan di dunia nyata dan maya tentang keberadaan dan alasan kemunculan Virus Corona.

 Sebagian orang berasumsi virus corona adalah senjata biologis yang berupaya mengurangi populasi manusia, ada pula yang berpendapat virus ini sebagai azab dari tuhan dan lainnya.

Virus corona turut memengaruhi keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya hampir di seluruh dunia. Contohnya di Indonesia. Virus corona mampu membuat perekonomian Indonesia terganggu, kurs melonjak tinggi, merenggut banyak nyawa dan sebagainya.

 Pedagang kecil, buruh pabrik dan petani turut merasakan kerugian atas kedatangan virus corona. Mereka kehilangan pelanggan, akses dan faktor-faktor lainnya.

Martin Suryajaya memprediksi runtuhnya atmosfir perekonomian  dalam tulisannya berjudul Membayangkan Ekonomi Dunia Setelah Korona. Beliau  mencatat ada empat penunggang kuda hari kiamat bagi Kapitalisme. Pertama yaitu Deinsdustrialisasi, tumbangnya proses produksi manufaktur, hiburan non daring dan proses transaksi lainnya yang mempercepat kapitalisme menemui ajalnya.

Ke dua yaitu Definansialisasi, Covid 19 membuat atmosfir finansial menciut, PDB rapuh, Kurs membengkak dan lainnya. Dalam situasi semacam itu, investor tidak berani berinvestasi. Situasi tersebut mengarah pada proses barter. Nilai tukar tidak dengan uang, tapi dengan barang. Demoneterisasi semakin dekat.  Ke tiga yaitu Diskoneksi fisik, bebarengan dengan kampanye penjarakan fisik, industri transportasi, travel dan hotel mulai tumbang. 

Secara tak sadar, transportasi manusia turut menebar virus ke tempat yang didatanginya. Sebagian hotel mulai menutup pintu rapat-rapat dan biro travel gantung stir. Bila keadaan ini masih berlanjut, masa depan transportasi semakin meruncing.

Ke empat yaitu Pelokalan Global, ketika tranportasi intra maupun internasional tumbang, investasi runtuh dan kurs membengkak, kini negara mengelola perekonomiannya masing-masing. Membangun kembali pilar dan pondasi perekonomian secara mandiri. 

Terbatas di antara teritori-teritori, daerah-daerah dan kampung antar kampung. Globalisasi di bidang ekonomi makin memudar, seiring keadaan yang kian memburuk. Kira-kira, begitulah bagaimana kapitalisme berakhir menurut Martin Suryajaya.


Dalam sudut pandang lain, Covid 19 menuntut kita untuk senantiasa menjaga kebersihan. Kebiasaan sederhana berefek luar biasa yang kerap sebagian manusia abaikan. Di zaman ini, Virus Corona menjadi alat penguji rasa kemanusiaan dan kebersihan. konsistensi manusia dalam bersikap humanis dan berseka tatkala Covid 19 berlalu dipertanyakan.

Dalam jagat maya, masyarakat mulai berburu informasi mengenai virus corona. Mencari kelemahan Virus Corona, sejarah kemunculan virus corona dari media daring. Media berperan penting dalam menyirami dahaga informasi publik mengenai virus corona. Banjir informasi dari berbagai media mengganggu filtrasi informasi, sebagaimana yang Jean Baudrillard sampaikan mengenai Hiperrealitas (meleburnya keaslian dan kepalsuan).

Tulisan menarik dalam situs berita daring berjudul Lockdown Kampung : Siasat Budaya Mengatasi Wabah Covid-19, Abdur Rozaki menjelaskan bahwa masyarakat memiliki inisiasi dan siasat dalam menghadang Covid-19. Secara mandiri, masyarakat menerapkan lockdown, mengontrol dan mengawasi wilayah, memantau kesehatan masyarakat, serta membangun solidaritas sosial dan ekonomi. 

Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan mendorong masyarakat membangun solidaritas organik demi menekan eskalasi korban jiwa dan transmisi penyebaran Covid 19 secara massif.


Selain itu, sebagai hiburan di tengah pandemi yang menggurita, masyarakat maya membuat permainan sederhana yang melatih kejelian, tebak-tebakan dan lainnya. Semua itu bertujuan menghibur masyarakat. Menimbang lockdown yang memaksa mereka untuk mendekam di rumah. Berselancar di dunia maya menjadi salah satu upaya membunuh kejenuhan dan depresi akibat pandemi.

Dalam menangani pandemi ini, pemerintah melakukan lockdown dan mengerahkan tenaga medis di aras lokal meski terkesan lamban. Tak sedikit pemerintah lokal dinyatakan positif mengidap virus corona. Beberapa dokter gugur dalam bertugas. Hujan ucapan bela sungkawa dari berbagai daerah. 

Dalam sisi agama islam, virus corona memaksa jama'ah agar beribadah di rumah. Sholat jumat diganti dengan sholat dzuhur. Meski menuai pro dan kontra, sebagian masyarakat bersikukuh solat jumat di Masjid dengan menerapkan konsep penjarakan sosial agar menimalisir transmisi virus corona. 

Di bidang pendidikan, khususnya Universitas, Rektor mengikuti instruksi pemerintah dalam menerapkan lockdown. Para pegawai bekerja di rumah. Dosen dan mahasiswa berdiskusi via daring, Mengunggah dan mengunduh file tugas dan materi pembelajaran secara digital, meski sebagian mahasiswa mengeluh dengan bentuk perkuliahan semacam ini. Selain boros paket data, proses belajar mengajar kurang kondusif karena masalah koneksi yang labil.

Meski demikian,rector dan petinggi kampus lainnya hingga ketua BEM mulai menjaring keluh kesah mahasiswa mengenai Covid 19 yang menghimpit kebutuhan dasar sebagai mahasiswa dan manusia. 

Selain kebutuhan internet, mahasiswa harus bergelut dengan masalah pangan. Warung-warung makan di sudut kota hampir semuanya tutup. Mereka tak cukup kuat mengganjal perutnya dengan batu sebagaimana yang Rasul lakukan dulu. 

Menanggapi hal tersebut, organisasi keperempuanan di UIN Sunan Kalijaga menyanggupi kebutuhan mahasiswa dengan bantuan berupa sembako. Berharap dapat meredam penderitaan mahasiswa, khususnya perantau nun jauh di sana.


Covid 19 menggiring manusia menuju dimensi semesta yang baru, sterilisasi dan konservasi alam secara alami. Polusi udara berkurang, sungai di Italia menjadi jernih. Umat manusia berharap pandemic ini segera berlalu. 

Mereka mulai mendambakan kehidupan pra korona, komunikasi fisik dan beraktifitas seperti sediakala. Para petugas medis berjihad melawan covid 19, berpisah dari keluarga mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) yang merepotkan dan sebagainya.

 Seyogyanya masyarakat mendukung upaya pemerintah dalam mengentaskan pandemic ini dengan mengurangi aktifitas di luar rumah, melakukan penjarakan fisik dan bekerja di rumah saja. Menyusun dokumen kerja di rumah, mengunduh dan menggunggah file tugas dari rumah serta mengakses dunia hiburan di rumah via internet.

 Lantas, bagaimana dengan masyarakat yang tak memiliki akses internet, tidak memiliki televisi di rumahnya?. Tentunya ini menjadi perhatian kita semua. Semoga dunia ini lekas membaik, covid 19 berlalu dengan segera. Masyarakat bisa kembali merengkuh kebiasaannya di luar rumah, perekonomian global mulai pulih, kurs kembali seimbang dan sebagainya.



Komentar

Postingan Populer